Langsung ke konten utama

Luka

 Aku paham, kelak waktu akan menghapus namanya dalam hatiku

Kelak, semua kenangan bersamanya akan terbang sediki demi sedikit

Semua hal indah, semua luka, semua rencana akan masa depan terpaksa ku kubur dalam2.


Aku tau betul, keputusanku saat itu sangat-sangat membuat luka dihatinya, begitupun dihatiku. Memaksa hati untuk melawan arah ketika bersamanya terasa tidak memberikan bahagia lagi.


Aku paham betul kondisi saat itu, saat dimana hati masih sangat menginginkannya namun hari2 bersama kian terasa berat dan penuh luka. Dia yang selalu memberikan rasa kecewa, dia yang selalu menjadi penyebab air mata, dia yang tidak pernah perduli akan bahagiaku, namun dia yang paling merasa tersakiti saat kuputuskan untuk usai


Tepat satu tahun lalu, aku diuji dengan dua pilihan. Bertahan atau melepaskan. Begitu berat rasanya. Apa harus aku bertahan dengan seseorang yang hanya bisa memberikan luka ? Atau haruska aku melepaskan dan menggenggam tangan pria lain menuju akad? Kepada siapa restu Allah berikan?


Seseorang dengan pandangan sederhana datang menghampiri dengan niat tulusnya, menuju restu Allah, menuju kehidupan pernikahan. Bagaimana aku bisa bersama dengannya jika dengan rasa penuh kesadaran, seluruh hati dan fikiranku masih dimiliki oleh pemilik dulunya.


Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, kisah percintaan yang aku dambakan berakhir begitu saja, setelah perjalanan panjang bersamanya selama tiga tahun. Namun, saat masa itu datang, aku disadarkan bahwa semakin dewasa kita, yang dibutuhkan bukan lagi perihal cinta, ataupun perihal sayang, lebih ke kepastian, pembuktian dan keberanian. 


Berani untuk melangkah, berani untuk berkata iya, berani untuk menggenggam erat dalam mempertahankan, berani untuk memperkenalkan bahwa inilah pilihanku. Semua hal yang kuharapkan tidak ada padanya. Dia yang selalu menunda, dia yang selalu menghindar ketika menyangkut masa depan dan dia yang tidak pernah berani menggenggam dalam pandangan orangtuanya. Dia selalu menghadirkan rasa bertanya, akan kemana arah hubungan.


Yah, aku memutuskan untuk usai, melepaskan genggamannya dan menggenggam lelaki yang lebih siap menyambut masa depan bersama. Lelaki yang belum begitu kukenal baik. Ibaratnya, seperti bermain lotre. Jika aku beruntung maka aku akan bahagia dan jika tidak maka kehidupan penuh luka akan kembali menghampiri.


Kala itu, hubunganku dengannya benar2 berakhir. Seperti kertas yang dibakar api, seperti debu yang ditiup angin, benar2 telah usai dan tidak akan kembali.


Masa awal pernikahan, cobaan seperti datang silih berganti. Kehidupan pernikahan tidak semudah yang kubayangkan ternyata. Cerita

miring banyak terdengar ditelingaku, perihal aku yang meninggalkan dia, perihal aku yang menyakiti dia, perihal aku yang melihat dia dari sekedar materi, banyak sekali. Tidak perlu kujelaskan alasan kami berpisah, lebih tepatnya alasan aku memilih usai. 


Ada satu kalimat yang bisa kukutip dari cerita hidup seseorang.

“Jika masih saling sayang, mengapa memilih usai? . . . Suatu saat, kalian akan sampai pada titik dimana kalian sadar, untuk apa saling sayang jika juga selalu saling menyakiti”


Kami berpisah bukan karena tidak lagi saling sayang, tidak. Aku menyadari, semakin kesimi hubungan yang harusnya semakin saling menguatkan justru berbalik semakin melemahkan. Dua org yang saling menyayangi namun selalu saling merasa tersakiti. 


Mungkin seperti itulah cara Allah menjawab doa kami masing2. Aku dan dia, diciptakan untuk saling bersama namun dengan jangka waktu tertentu. Dia dihadirkan dalam hidupku hanya untuk mengajarkan arti kehidupan sebelum ibadah terpanjang dimulai.


Aku berdoa, semoga Allah selalu melindungi dia.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku, Kamu dan Abu-abu

 Kita adalah dua raga yang diciptakam untuk saling mengenal Saling memberi dan saling menerima merasa paling cocok dan enggan berpisah . Kita adalah dua manusia yang dipertemukan saat hati dan fikiran masih abu-abu memilih terus bersama, saat warnanya kian pekat. memilih terus menggenggam meski banyak warna lain yang mendekat kenapa ? karen kita suka abu-abu, . Kita adalah dua orang yang memutuskan bersama karena merasa cocok kita saling membutuhkan, saling melengkapi dan saling merindukan. seperti sebuah puzzel yang akan terpasang sempurna jika bersama. . Aku mengira, abu-abu akan selamanya jadi warna favoritku abu-abu tidak mudah untuk luntur abu-abu akan selalu cocok dengan segala apapun yang ada padaku . Nyatanya aku salah. Abu-abu memang menyenangkan, tapi ternyata kamu tetap butuh warna lain kamu mulai jenuh dengan satu warna hingga aku sadar, selama ini aku terlalu mencintai warnaku hingga mengabaikan warna lain yang datang menghampiri. aku terlalu sibuk memupuk warnaku, hin...

Assalamu Alaikum Calon Imamku

 Assalamualaikum lelaki yang telah kupinta untuk menjadi takdirku dihadapan Allah. semoga engkau selalu diberi keselamatan, aku ingin bertanya, masih ingatkah kamu dengan apa yang telah kutulis dua tahun lalu?? tentang semogaku untuk hidup bersamamu kelak tentang semogaku untuk memiliki rumah di Desa Terpencil yang jauh dari keramaian, tentang semogaku yang ingin memiliki kedai kopi tentang semogaku yang ingin menunggumu pulang kerja dan memasakkan makanan kesukaanmu tentang semogaku yang hidup bahagia bersamamu, jika tidak kamu ingat, sungguh kamu keterlaluan. Dua tahun berlalu, dan semoga itu masih kuingat dan masih tetap kusemogakan bersamamu jujur bukanlah hal yang mudah, tapi tidak masalah aku hanya perlu menemukan satu alasan untuk tetap bertahan jika alasan itu usai, maka akan aku temukan satu alasan lainnya hingga tak akan pernah ada kata usai diantara kita (semoga Allah merestui) dan kamu juga harus melakukan hal yang sama yah karena tak akan ada artinya perjuanganku jika ...

Selamat datang malaikatku

 Ahad, 4 Desember 2022 Buah cinta kami lahir di dunia ini Seorang bayi yang cantik, yang semoga kelak bisa menjadi penyejuk untuk orang tuanya. Ditanggal yang sama, aku mempertaruhkan hidup dan matiku untuknya. Mazaya Alishka Syafazea, untuk malaikat kecil kami. Seperti sedang bermimpi. Kini, bukan sekedar tendangannya saja yang bisa kurasakan, senyumnya, tangisnya, ekspresi menggemaskannya, semuanya sungguh menjadi pelepas dahaga lelah untuk kami. Anakku sayang, ibu mungkin belum bisa menjadi ibu yang terbaik untuk kamu Ibu, belum bisa sepenuhnya mampu memahami inginmu. Tapi nak, ibu akan selalu berusaha menjadi garda terdepan untukmu. Dan untuk anakku sekali lagi, ibu ingin kamu tau kalau kamu memiliki ayah yang teramat baik. Jika ibu adalah garda terdepanmu, maka ayahmu adalah garda terdepan untuk ibu. Maka jangan mencemburui jika kelak ibu akan sangat manja dengannya, hehehe. Untuk suamiku, belahan jiwaku, ayah dari anak2 ku, Randi. Aku sayang kamu, terimakasih telah menjadi pe...